alat pelindung diri petugas kebersihan
Rajah1: Peralatan pelindungan diri untuk petugas kesihatan. Peralatan pelindungan diri yang lengkap untuk petugas kesihatan semasa merawat pesakit yang telah disahkan mendapat jangkitan COVID-19 adalah merangkumi penutup kepala (“hood”), topeng muka N95, perisai muka (“face shield”), gaun isolasi, apron plastik, 2 lapisan sarung tangan
AlatPelindung Diri dikhususkan bagi Petugas Medis seperti dokter, ahli medis, orang laboratorium, perawat maupun non medis seperti petugas kebersihan di rumah sakit. Bila barang ternyata lebih ringan dari ketentuan produk diatas, maka uang akan dikembalikan.
Iakhawatir kalau mereka tidak dilindungi kemudian banyak petugas kesehatan tertular dan diobservasi selama 14 hari atau diisolasi maka menimbulkan efek domino. Efek tersebut, yakni pasti mengurangi petugas kesehatan yang bisa membantu menangani virus. "Tentu ini menjadi beban tersendiri, kerumitan tersendiri.
ImperoMedika menyediakan berbagai jenis Alat Pelindung diri (APD) mulai dari Surgical Gown Disposable hingga berbagai macam APD lain: 1. Surgical Gown Disposable: Spesifikasi: + Terbuat dari serat polypropylene non woven / bahan terbaik untuk APD yang 2x lebih kuat dan ringan dari serat biasa. + Tali Spunbond Ikat Di Pinggang.
Petugaspengangkut harus dibekali dengan alat pelindung diri APD atau pakaian kerja yang memadai, seperti sepatu, baju, celana, sarung tangan, topi dan masker Chandra, 2007. 2.8.1 Tugas Pokok Petugas Cleaning Service petugas cleaning service atau petugas kebersihan mempunyai tugas pokok untuk menjaga kebersihan, kerapian, keindahan dan
Kenapa Kucing Tidak Mau Makan. Jakarta Tidak sembarang alat pelindung diri APD yang dibutuhkan tenaga medis maupun petugas lain yang terkait menangani pasien Corona COVID-19. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 telah mengeluarkan rekomendasi standar APD berdasarkan tiga tingkatan perlindungan. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Agus Wibowo menyampaikan, dilihat dari lokasi dan cakupan, rekomendasi standar alat pelindung diri tingkat perlindungan ketiga diperuntukkan untuk ruang prosedur dan tindakan operasi pada pasien dengan kecurigaan atau sudah terkonfirmasi COVID-19. Pemakaman Jenazah COVID-19 Ditolak Warga, Cek Prosedur yang Harus Dipahami "Bagi dokter dan perawat, mereka harus menggunakan masker N95 atau ekuivalen, gaun khusus, sepatu boot, pelindung mata face shield, sarung tangan bedah karet steril dan sekali pakai, penutup kepala serta apron," terang Agus melalui keterangan resmi yang diterima Health Jumat 3/4/2020. "APD yang sama tetap melekat pada dokter dan perawat pada kondisi yang memungkinkan terjadinya aerosol pada pasien kecurigaan atau sudah terkonfirmasi COVID-19. Kondisi lain, saat mereka berada di ruang prosedur dan tindakan otopsi serta pengambilan sampel pernapasan." Tenaga medis yang menggunakan alat pelindung diri pada tingkatan perlindungan ketiga, yaitu dokter, perawat, dan petugas laboran laboratorium. **Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan Perlindungan KeduaTim medis rumah sakit setempat mengantarkan jenazah ke Desa Sogo menggunakan Alat Pelindung Diri APD lengkap, seolah-olah sakitnya karena corona Covid-19. IstAlat pelindung diri pada tingkatan perlindungan kedua digunakan oleh dokter, perawat, petugas laboran, radiografer, farmasi, dan petugas kebersihan ruang pasien COVID-19. APD pada tingkatan ini digunakan saat tenaga medis, dokter dan perawat, di ruang poliklinik, pemeriksaan pasien dengan gejala infeksi pernapasan. "Kelengkapan APD berupa masker bedah 3 lapis, gaun khusus, sarung tangan karet sekali pakai, dan pelindung mata. Namun, APD untuk analis, radiografer, farmasi dan petugas kebersihan memiliki perbedaan jenis APD yang dipakai," Agus Perlindungan PertamaPetugas medis RS Undata Palu menggunakan alat pelindung diri. Heri Susanto.Alat pelindung diri tingkatan perlindungan pertama merupakan APD yang digunakan pada lokasi atau kondisi yang relatif kurang berisiko. Jenis APD yang masuk kategori ini yaitu berbagai macam masker, sarung tangan kerja maupun berbahan karet sekali pakai serta gaun khusus. "Salah satu petugas yang diwajibkan memakai APD ini yaitu sopir ambulans. Mereka diwajibkan menggunakan masker bedah 3 lapis, sarung tangan karet sekali pakai dan gaun khusus saat menaikkan dan menurunkan pasien suspek COVID-19," tambah APPekerja memakai pakaian untuk Alat Pelindung Diri APD tenaga medis di kawasan Penggilingan, Jakarta, Kamis 26/3/2020. Harga yang dijual untuk APD bekisar antara Rp untuk jenis pakaian sekali pakai dan Rp untuk pakaian yang bisa dicuci. FananiAdanya rekomendasi standar alat pelindung diri, petugas medis dan tenaga kesehatan lain terjamin keamanan dan keselamatan. "Dokumen rekomendasi standar memberikan informasi kepada para pendonor yang ingin memberikan APD kepada para tenaga medis di seluruh Indonesia," ujar Agus. Gugus Tugas merekomendasikan produk AP yang telah terverifikasi oleh Kementerian Kesehatan. Informasi mengenai produk tersebut dapat dilihat melalui situs Aplikasi Info Alat Kesehatan dan PKRT Kementerian Kesehatan Video Menarik Berikut Ini* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Cleaning service CS is a job that often causes irritant contact dermatitis due to frequent contact with materials in the work environment, where the work is wet and is associated with water, soap, or other chemicals in a moment or repeatedly. This study aims to determine the effect of type of work, use of personal protective equipment, and history of atopy on the incidence of irritant contact dermatitis in cleaning service employees at the University of Muhammadiyah Malang. This study used an analytic observational method with a cross-sectional approach. The entire CS of the University of Muhammadiyah Malang population is 42 people with simple random sampling. The research data used a questionnaire from the British Health and Safety Executive HSE UK with the analysis technique using the Fisher Exact and Kruskal Wallis tests alternative chi-square in the bivariate test. In contrast, for multivariate, it used logistic regression. The research results obtained included 1 bivariate, there was a relationship between the type of work p= the use of personal protective equipment p= and a history of atopy p= in CS employees at the University of Muhammadiyah Malang. Furthermore, multivariate, there is a significant effect between the type of work sig Wald = use of personal protective equipment sig Wald = and history of atopy sig Wald = In conclusion, irritant contact dermatitis has a significant relationship with the type of work, use of PPE, and history of atopy. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 5 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XAbstract Cleaning service CS is a job that often causes irritant contact dermatitis due to frequent contact with materials in the work environment, where the work is wet and is associated with water, soap, or other chemicals in a moment or repeatedly. This study aims to determine the effect of type of work, use of personal protective equipment, and history of atopy on the incidence of irritant contact dermatitis in cleaning service employees at the University of Muhammadiyah Malang. This study used an analytic observational method with a cross-sectional approach. The entire CS of the University of Muhammadiyah Malang population is 42 people with simple random sampling. The research data used a questionnaire from the British Health and Safety Executive HSE UK with the analysis technique using the Fisher Exact and Kruskal Wallis tests alternative chi-square in the bivariate test. In contrast, for multivariate, it used logistic regression. The research results obtained included 1 bivariate, there was a relationship between the type of work p= the use of personal protective equipment p= and a history of atopy p= in CS employees at the University of Muhammadiyah Malang. Furthermore, multivariate, there is a significant effect between the type of work sig Wald = use of personal protective equipment sig Wald = and history of atopy sig Wald = In conclusion, irritant contact dermatitis has a significant relationship with the type of work, use of PPE, and history of atopy. Keywords Irritant Contac Dermatitis, Cleaning service, personal protective equipment, history of atopy Abstrak Cleaning service CS merupakan pekerjaan yang sering menimbulkan dermatitis kontak iritan karena seringnya kontak dengan bahan-bahan di lingkungan pekerjaannya, dimana pekerjaan yang basah dan berhubungan dengan air, sabun atau bahan kimia lainnya dalam waktu sesaat atau berulang. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri, dan riwayat atopi terhadap kejadian dermatitis kontak iritan pada karyawan cleaning service di Universitas Muhammadiyah Malang. Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi seluruh CS Universitas Muhammadiyah Malang sejumlah 42 orang dengan simple random sampling. Data penelitian menggunakan kuesioner dari health and safety Executive Inggris HSE UK dengan teknik analisis menggunakan uji Fisher Exact dan Kruskal Wallis alternative chi square pada uji bivariate sedangkan untuk multivariate menggunakan regresi logistic. Hasil penelitian yang di dapatkan antara lain secara bivariat, terdapat hubungan jenis pekerjaan p= penggunaan alat pelindung diri p=0,047, dan riwayat atopi p=0,001 pada karyawan CS di Universitas Muhammadiyah Malang. Secara multivariat terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis pekerjaan sig Wald= penggunaan alat pelindung diri sig Wald=0,032, dan riwayat atopi sig Wald=0,013. Kesimpulannya dermatitis kontak iritan memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis pekerjaan, penggunaan APD dan riwayat atopi. Kata kunci Dermatitis kontak iritan, Cleaning service, Alat pelindung Diri, Riwayat Atopi PENGARUH JENIS PEKERJAAN, ALAT PELINDUNG DIRI DAN RIWAYAT ATOPI TEHADAP DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PETUGAS CLEANING SERVICE Dwi Nurwulan Pravitasari1*, Sri Adila Nurainiwati1 Eky Okviana Armyati2, Raihan Fatihka Devi3 1Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang 2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah ponorogo 3 Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang * Correspondence Author Dwi Nurwulan Pravitasari Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, Indonesia Email vitha_sabrinaviancha Telepon +628123086679 Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 6 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XPENDAHULUAN United State Bureau of Labour Statistic menyatakan pada tahun 2004 angka penyakit akibat kerja PAK sebesar ≥ dimana kejadian dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi sehingga perkembangan pada bidang industri dan jasa yang sangat pesat dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dermatitis Penyakit yang terjadi akibat kerja di Indonesia pada tahun 2014 mencapai ≥ kasus dimana mayoritas kejadian adalah Dermatitis Kontak Iritan DKI.1 Dermatitis kontak merupakan peradangan pada kulit karena terpaparnya kulit dengan bahan yang bersifat iritan atau alergen, yaitu yang berasal dari lingkungan pekerjaan seperti bahan kimia dan pelarut dengan paparan sekali atau Pekerjaan yang memiliki risiko tinggi terkena DKI salah satunya adalah pekerja cleaning service CS. Pekerjaan CS merupakan bagian dari karyawan yang bekerja di perkantoran yang bertugas menjaga kebersihan lingkungan kantor, baik dalam gedung maupun diluar gedung. Berdasarkan data dari kantor Walikota Administrasi Jakarta Utara kejadian dermatitis pada CS sebesar 18,5% dari 125 orang dengan gejala yang dialami adalah gatal, kemerahan, kulit melepuh, terkelupas dan rasa perih beberapa menit setelah terpajan bahan kimia yang berakibat terhadap penurunan produktifitas pekerja, dengan kasus dermatitis karena kontak bahan iritan sebanyak 25 orang Produk pembersih yang ada di pasaran mengandung bahan kimia seperti asam dan basa, detergen, surfaktan, dan solvent dengan bahan tambahan yaitu pewangi dan pewarna yang menimbulkan masalah iritasi pada kulit seperti dermatitis. Produk-produk pembersih tersebut apabila mengenai kulit akan menimbulkan terjadinya dermatitis yang hal ini sama dengan pekerjaan CS, dimana CS setiap hari akan kontak dengan bahan-bahan pembersih tersebut baik dalam waktu sebentar atau Penyebab DKI paling sering mengenai wanita karena lebih sering sekali kontak dengan pekerjaan rumah yang utamanya menggunakan sabun dan Dermatitis disebabkan oleh dua faktor yaitu factor langsung dimana factor tersebut berhubungan dengan bahan pembersinya meliputi ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi, sedangkan dari faktor yang tidak langsung berhubungan dengan individunya yang kontak meliputi suhu, kelembaban, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD serta lama Dari permasalahan tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri, dan riwayat atopi terhadap kejadian dermatiatis kontak akibat kerja pada karyawan Cleaning service di Universitas Muhammadiyah Malang. METODE Penelitian dengan metode observasional analitik menggunakan metode Cross Sectional. Populasinya adalah karyawan cleaning service Universitas Muhammadiyah Malang. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling. Hasil analisis data yang disajikan adalah Analisis Univariat untuk mengetahui distribusi atau gambaran masing-masing variabel bebas, yaitu Jenis pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri dan riwayat atopi. Pengujian hipotesis analisis bivariat menggunakan uji comparative kategorik Chi Square bila memenuhi syarat yaitu nilai expected count yang bernilai 2 x ≥ 2. Berikutnya uji analisis multivariat dengan regresi logistik tujuannya mengetahui factor bebas yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian dermatitis Kontak. Layak etik pada penelitian ini dengan nomor HASIL Analisis Univariat Karakteristik responden yang diamati meliputi jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, kejadian dermatitis kontak, penggunaan APD, dan riwayat atopi seperti yang terdapat pada tabel berikut Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Nilai S1 Dermatitis Kontak Ya Tidak Penggunaan APD Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Riwayat Atopi Ya 3 7,1% 28 66,7% 1433,3% 13 31% 13 31% 16 38,1% 24 57,1% Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 7 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567XDari 42 responden didapatkan jumlah laki-laki dan perempuan seimbang yaitu 21 responden 50%. Responden yang menjadi subyek penelitian paling rendah berusia 21 tahun dan paling tua berumur 51 tahun dengan rata-rata umur sekitar 34 tahun. Berdasarkan status pernikahan diketahui mayoritas responden sudah menikah yaitu 27 orang 64,3%. Responden paling banyak memiliki pendidikan SMA/Sederajat 50%. Untuk pemeriksaan yang terdiagnosis Dermatitis kontak sebanyak 28 karyawan, sedangkan yang riwayat penggunaan APD paling banyak yang selalu menggunakan APD sebanyak 38,1% dan yang mempunyai riwayat atopi sebanyak 24 karyawan 57,1 % Analisis hubungan penggunaan APD dengan terjadinya dermatitis kontak pada petugas kebersihan Hubungan penggunaan APD dengan terjadinya dermatitis kontak iritan pada petugas kebersihan adalah sebagai berikut Tabel 2. Hubungan Penggunaan APD Dengan Dermatitis Kontak Penggunaan APD Dermatitis Kontak Total Nilai p Tidak pernah 2 11 13 0,047b Kadang-kadang 3 10 13 Selalu 9 7 16 Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa dari 13 petugas yang tidak pernah menggunakan APD mayoritas mengalami dermatitis kontak 67,6%. Kemudian dari 13 responden yang kadang menggunakan dan kadang tidak menggunakan APD mayoritas juga terkena dermatitis kontak iritan. Untuk responden yang selalu menggunakan APD maka tidak terkena dermatitis kontak iritan sebanyak 56,3%. Uji statistik diperoleh nilai p = 0,047 p 1. Variabel penggunaan APD kadang-kadang menghasilkan sig Wald sebesar 0,093 menunjukkan hasil tidak terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan APD kadang-kadang dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Variabel riwayat atopi ya menghasilkan sig Wald sebesar 0,013, yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan riwayat atopi ya dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 12,508 dimana maknanya adalah responden yang memiliki riwayat atopi meningkatkan peluang kemungkinan terkena dermatitis kontak iritan OR>1. Variabel jenis pekerjaan gedung memghasilkan sig Wald sebesar 0,023 yang menunjukkan terdapat pengaruh jenis pekerjaan gedung dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 22,292 yang artinya responden yang bekerja di bagian gedung meningkatkan peluang terkena dermatitis kontak iritan QR>1. Variabel yang jenis pekerjaan di laboratorium memghasilkan sig Wald sebesar 0,029 yang menunjukkan terdapat pengaruh jenis pekerjaan laboratorium dengan kejadian dermatitis kontak iritan. Nilai OR yang diperoleh adalah 36,334 yang artinya responden yang bekerja di bagian laboratorium meningkatkan peluang terkena dermatitis kontak iritan QR>1. Secara keseluruhan besarnya kontribusi variable penggunaan APD , riwayat atopi dan jenis pekerjaan dalam memprediksi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 64,2% sedangkan 35,8% lainnya dipengaruhi oleh variable lain di luar penelitian ini. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini didapatkan 42 responden dimana hasilnya jumlah laki-laki dan perempuan sama banyak. Menurut Aneja, perempuan lebih sering terjadi dermatitis kontak iritan dibandingkan laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan banyak melakukan pekerjaan yang selalu berhubungan dengan produk-produk pembersih sehingga memiliki risiko besar untuk mengalami dermatitis Berdasarkan National Health Interview Survey menyatakan bahwa perempuan lebih banyak mengalami dermatitis kontak sebanyak 58% kasus dan laki-laki sebanyak 42% kasus, hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menyatakn bahwa perempuan lebih banyak mengalami dermatitis kontak dibandingkan Untuk factor usia rata-rata pada penelitian ini sekitar 34 tahun. Pada penelitian dilaporkan bahwa 80% kasus dermatitis kontak iritan dapat menyerang pada semua Pekerja yang lebih tua berisiko untuk mengalami dermatitis kontak karena terdapat perubahan kulit karena usia dan pada perempuan yang telah mengalami monopouse berisiko yang tinggi untuk mengalami dermatitis karena penurunan hormon esterogen sedangkan pada penelitian menyatakan bahwa kasus dermatitis kontak banyak terjadi pada usia produktif dengan rentang usia 15-64 tahun karena pada usia tersebut memiliki banyak aktivitas sehingga memungkinan lebih mudah terpapar bahan Pada penelitian Pigatto menyatakan bahwa dermatitis kontak iritan pada usia anak-anak 0-5 tahun tergolong kasus yang rendah karena paparan dari bahan iritan masih terbatas tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada usia Untuk status pernikahan pada penelitian Mauro didapatkan bahwa kasus dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada individu yang telah Hal ini dikarenakan pada individu yang telah menikah memiliki tanggung jawab pekerjaan rumah yang lebih banyak daripada individu yang belum menikah, seperti mencuci baju, piring dan mobil. Tingkat Pendidikan menurut penelitian menyatakan bahwa kejadian dermatitis kontak lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan SMA, karena perbedaan tingkat pengetahuan individu, berdampak pada pengetahuan cara pencegahan terjadinya Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 9 Herb-Medicine JournalISSN 2620-567Xdermatitis Pada penelitian Mirabelle jenis pekerjaan pada petugas kebersihan yang membersihkan gedung banyak berkontak dengan bahan-bahan seperti sabun pembersih lantai, sedangkan yang bekerja pada taman lebih sedikit terkena dermatitis kontak karena pada petugas kebersihan taman lebih sedikit berkontak dengan bahan-bahan kimia, paling sering kontak dengan air, dimana air merupakan iritan ringan, namun apabila terpapar terlalu lama dengan frekuensi sering maka dapat menyebabkan dermatitis Sejalan dengan penelitian Behroozy dikatakan bahwa CS dapat mengalami dermatitis kontak akibat kerja karena sering terpapar oleh bahan-bahan iritan, dan penelitian di Jerman juga mengatakan bahwa 4,5%/ kasus dermatitis kontak iritan terjadi pada petugas kebersihan. Hasil penelitian bivariate menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan alat pelindung diri APD dengan terjadinya dermatitis kontak pada CS. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhan noto bahwa penggunaan APD sangat berpengaruh dalam terjadinya dermatitis kontak, pengunaan APD bertujuan untuk melindungi diri dari sumber bahaya tertentu. 18 Hal ini dikarenakan saat melakukan pekerjaannya petugas kebersihan banyak berkontak dengan bahan kimia, jika tidak menggunakan APD maka bahan-bahan kimia tersebut dapat mudah berpenetrasi ke dalam kulit dan menyebabkan iritasi pada kulit. 19 Riwayat atopi merupakan penyakit yang diturunkan melalui genetik, seperti dermatitis atopi, rhinitis alergi, dan asma. Dari hasil penelitian yang mempunyai riwayat atopi maupun tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terjadinya dermatitis kontak, hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa tidak ada hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian dermatitis kontak, sehingga semua petugas memiliki risiko yang sama untuk mengalami dermatitis kontak. 20,21 Hasil analisis multivariate secara keseluruhan besarnya kontribusi variable penggunaan APD, riwayat atopi dan jenis pekerjaan dalam memprediksi kejadian dermatitis kontak iritan sebesar 64,2% untuk pengaruh variable lain di luar penelitian sebesar 35,8%. SIMPULAN Dermatitis kontak iritan memiliki hubungan yang signifikan dengan jenis pekerjaan, penggunaan APD dan riwayat atopi. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Malang yang sudah memfasilitasi dalam penelitain ini dan juga kepada semua pihak yang sudah berpartisipasi dalan penelitian ini. REFERENSI 1. Fauziyyah, S. W. 2020. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pegawai Laundry. Jurnal Kesehatan, 111, 71. 2. Iswara Wijaya, I., Darmada, I., & Rusyati, L. 2016. Edukasi Dan Penatalaksanaan Dermatitis Kontak Iritan Kronis Di Rsup Sanglah Denpasar Bali Tahun 2014/2015. E-Jurnal Medika Udayana, 58, 2014–2017. 3. Warahmah, M. 2020. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Laundry terhadap Dermatitis Kontak Di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Health Sains, 16, 385–392. 4. Sembodo, T., Karyadini, hesti W., & Nasihah, S. D. 2021. Lama Kontak Deterjen dan Kejadian Dermatitis Kontak pada Ibu Rumah Tangga Tjatur Sembodo. Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 124, 326–328. 5. Abdullah, A. A., Irwan, I., & Prasetya, E. 2020. Analisis Karakteristik Limbah Laundry Terhadap Kejadian Dermatitis Kontak iritan Pada Pekerja Laundry X Kota Gorontalo. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 21, 43–52. 6. Aneja, S. 2020. Irritant contact dermatitis. 7. Pacheco, K. A. 2018. Occupational dermatitis How to identify the exposures, make the diagnosis, and treat the disease. In Annals of Allergy, Asthma and Immunology Vol. 120, Issue 6. 8. Jimah, C. T., Toruan, V. M. L., & Nugroho, H. 2020. KARAKTERISTIK DAN MANAJEMEN DERMATITIS KONTAK DI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER SAMARINDA. Jurnal Kedokteran Mulawarman, 72. 9. Zander, N., Sommer, R., Schäfer, I., Reinert, R., Kirsten, N., Zyriax, B. C., Maul, J. T., & Augustin, M. 2019. Epidemiology and dermatological comorbidity of seborrhoeic dermatitis population-based study in 161 269 employees. British Journal of Dermatology, 1814. Volume 5, Nomor 4, Oktober 2022 10Herb-Medicine JournalISSN 2620-567X10. Lurati, A. R. 2015. Occupational risk assessment and irritant contact dermatitis. Workplace Health and Safety, 632. 11. Pigatto, P., Martelli, A., Marsili, C., & Fiocchi, A. 2010. Contact dermatitis in children. In Italian Journal of Pediatrics Vol. 36, Issue 2. 12. Mauro, M., Bovenzi, M., & Filon, F. L. 2021. Occupational contact dermatitis in a gender perspective North east italian data 1996-2016. Medicina Del Lavoro, 1121. 13. Hutagalung, A. L., & Hazlianda, C. P. 2019. TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PEKERJA BINATU TERHADAP DERMATITIS KONTAK DI KELURAHAN PADANG BULAN TAHUN 2017. Media Dermato Venereologica Indonesiana, 463. 14. Mirabelli, M. C., Vizcaya, D., Margarit, A. M., Antó, J. M., Arjona, L., Barreiro, E., Orriols, R., Gimenez-Arnau, A., & Zock, J. P. 2012. Occupational risk factors for hand dermatitis among professional cleaners in Spain. Contact Dermatitis, 664. 15. Djuanda, A., Hamzah, M., & Aisah, S. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Universitas Indonesia. 16. Behroozy, A., & Keegel, T. G. 2014. Wet-work exposure A main risk factor for occupational hand dermatitis. In Safety and Health at Work Vol. 5, Issue 4. 17. Callahan, A., Baron, E., Fekedulegn, D., Kashon, M., Yucesoy, B., Johnson, V. J., Domingo, D. S., Kirkland, B., Luster, M. I., & Nedorost, S. 2013. Winter season, frequent hand washing, and irritant patch test reactions to detergents are associated with hand dermatitis in health care workers. Dermatitis, 244. 18. Suhan Nanto, S. 2015. Singgih Suhan Nanto Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada Petugas Kebersihan Majority Vol. 4. 19. Bauer, A. 2013. Contact dermatitis in the cleaning industry. In Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology Vol. 13, Issue 5. 20. Rahmatika, A., Saftarina, F., Anggraini, D., I., dan Mayasari, D. 2020. Hubungan Faktor Risiko Dermatitis Kontak pada Petani. Jurnal Kesehatan Vol. 11 No. 1 21. S. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak pada Pekerja Cleaning Service. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ... Penyakit kulit merupakan penyakit yang umum terjadi pada semua anggota masyarakat. Jenis penyakit kulit seperti kusta, dermatitis, kudis, dan panu [2]. Penyakit kulit adalah penyakit bagian luar tubuh dengan gejala berupa gatal, nyeri, mati rasa dan kemerahan yang disebabkan oleh bahan kimia, sinar matahari, virus, imun tubuh yang lemah, mikroorganisme, mikroba, jamur, dan faktor personal hygiene [3]. ...Apriyana IrjayantiAnton WambrauwIda WahyuniAyu Anisa MarandenSkin disease is a disease that attacks the surface of the body and is caused by various diseases. Skin diseases can also be caused by fungi, germs, viruses and parasites. The purpose of this study was to determine the relationship between personal hygiene and the incidence of skin diseases. This type of research uses an analytic observational method with a cross sectional research design. The population in this study were 149 residents, samples taken from the entire population were 149 respondents. The sampling technique uses total sampling. Collecting data using questionnaires and observation. The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis, using the chi-square test α α = pada variabel Pengetahuan dan Perilaku, yaitu > dan > sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Pengetahuan dan Perilaku pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan pada variabel Sikap diperoleh nilai asymp. sig. 40 years age. Prevalence of occupational contact dermatitis is still high in cleaning. Irritant contact dermatitis is prevailing, but allergic contact dermatitis is quite frequent, too. Up to now, prevention strategies in cleaning seem to be insufficient.
Virus Corona penyebab COVID-19 sangat mudah menular. Oleh karena itu, penggunaan alat pelindung diri APD sangat disarankan untuk membantu mengendalikan dan mencegah infeksi virus Corona. APD penting digunakan oleh orang yang sering bertemu pasien COVID-19, seperti tenaga medis. Alat pelindung diri APD adalah seperangkat perlengkapan yang berfungsi untuk melindungi penggunanya dari bahaya atau gangguan kesehatan tertentu, misalnya infeksi bakteri atau virus corona penyebab COVID-19. Bila digunakan dengan benar dan sesuai standar, APD mampu menghalangi masuknya virus atau bakteri ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, mata, atau kulit. Kriteria dalam Memilih APD Pemilihan APD untuk mencegah infeksi virus Corona tidak bisa dilakukan sembarangan. APD yang ideal untuk mencegah dan melindungi tubuh dari paparan virus Corona harus memiliki kriteria tertentu, di antaranya Mampu melindungi tubuh dari percikan dahak yang mengandung virus Corona Tidak mudah rusak Ringan dan tidak membatasi gerak atau menimbulkan rasa tidak nyaman Mudah dibersihkan Jenis-Jenis APD Berikut ini adalah beberapa jenis APD yang umumnya digunakan para tenaga medis dalam menangani kasus probable, kasus suspek, maupun kasus konfirmasi yang artinya seseorang telah dinyatakan postif COVID-19 1. Masker Jenis masker yang umum digunakan oleh tenaga medis sebagai APD dalam penanganan pasien COVID-19 adalah masker N95. Masker ini terbuat dari bahan polypropylene yang mampu menyaring hampir 95% partikel berukuran kecil dan dapat menutup hidung dan mulut dengan rapat. Sementara itu, masyarakat yang bukan tenaga medis disarankan untuk menggunakan masker bedah yang terdiri dari 3 lapisan dan sudah sesuai standar untuk mengurangi risiko terjadinya penularan COVID-19. 2. Pelindung mata Pelindung mata terbuat dari bahan plastik dan berfungsi untuk mencegah masuknya virus ke dalam tubuh melalui mata. Alat pelindung ini harus pas menutupi area mata, serta tidak mudah berkabut atau mengganggu penglihatan. 3. Pelindung wajah Sama halnya dengan pelindung mata, pelindung wajah juga terbuat dari bahan plastik transparan. Jenis APD ini dapat menutupi seluruh area wajah, mulai dari dahi hingga dagu. Bersama masker dan pelindung mata, pelindung wajah mampu melindungi area wajah dari percikan air liur atau dahak saat pasien COVID-19 batuk atau bersin. 4. Gaun medis Gaun medis digunakan untuk melindungi lengan dan area tubuh tenaga medis. Berdasarkan penggunaannya, terdapat dua jenis gaun medis, yaitu gaun sekali pakai dan gaun yang bisa dipakai ulang. Gaun sekali pakai terbuat dari bahan serat sintetis, seperti polypropylene, poliester, dan polyethylene yang dikombinasikan dengan plastik. Sementara itu, gaun yang bisa dipakai ulang terbuat dari bahan katun atau poliester, ataupun kombinasi keduanya. Gaun ini bisa dipakai ulang setelah dibersihkan hingga sebanyak 75 kali, selama gaun tidak robek atau rusak. Gaun medis juga perlu dilengkapi dengan celemek atau apron untuk melapisi bagian luar gaun. Apron tersebut umumnya terbuat dari plastik yang tahan terhadap disinfektan. 5. Sarung tangan medis Sarung tangan medis digunakan untuk melindungi tangan para petugas medis dari cairan tubuh pasien selama merawat pasien COVID-19. Sarung tangan ini idealnya tidak mudah sobek, aman digunakan, dan ukurannya pas di tangan. Sarung tangan yang sesuai standar penanganan COVID-19 harus terbuat bahan lateks atau karet, polyvynil chloride PVC, nitrile, dan polyurethane. 6. Penutup kepala Penutup kepala berfungsi untuk melindungi kepala dan rambut para petugas medis dari percikan air liur atau dahak pasien selama mereka merawat atau memeriksa pasien. Penutup kepala harus terbuat dari bahan yang dapat menahan cairan, tidak mudah robek, dan ukurannya pas di kepala. Jenis APD ini umumnya bersifat sekali pakai. 7. Pelindung sepatu Pelindung sepatu digunakan untuk melindungi bagian kaki petugas medis dari paparan cairan tubuh pasien COVID-19. Pelindung sepatu umumnya terbuat dari kain atau bahan spun bond yang tahan air dan harus menutupi seluruh bagian sepatu. Bagaimana Prosedur Penanganan APD Bekas Pakai? Setelah selesai digunakan, APD harus dimasukkan ke dalam kantong plastik khusus dan dikemas secara terpisah. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan APD bekas pakai Tidak meletakkan APD bekas pakai secara sembarangan, baik di lantai atau permukaan benda lain, seperti meja, kursi, atau loker Tidak membongkar kembali APD bekas pakai yang telah dikemas dalam plastik khusus Tidak mengisi kantong plastik khusus APD bekas pakai terlalu penuh Langsung membersihkan diri setelah menggunakan APD Tak hanya untuk tenaga medis, APD juga perlu digunakan oleh petugas kebersihan yang membersihkan ruang perawatan dan ruang isolasi pasien COVID-19 di rumah sakit. Sementara itu, untuk masyarakat biasa, APD yang perlu digunakan hanyalah masker. Namun, masyarakat bisa menggunakan masker dan sarung tangan bila sedang merawat atau ingin membersihkan rumah saat ada anggota keluarga yang sedang terinfeksi virus Corona. Selain mengenakan masker, untuk melindungi diri dari COVID-19, Anda juga perlu menerapkan physical distancing, mencuci tangan secara rutin, serta menjaga daya tahan tubuh tetap kuat. Bila Anda memiliki pertanyaan seputar COVID-19, baik gejala maupun langkah pencegahan, jangan ragu untuk chat dokter langsung di aplikasi ALODOKTER. Anda juga bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi ini.
Upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petugas kebersihan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional dan uji statistik Spearman Rank. Sampel diambil sebagai representatif dari populasi sebanyak 108 petugas kebersihan menggunakan rumus slovin yang dipilih sesuai dengan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD dimana p value 0,042 dan ketersediaan APD responden p value = 0,00, sedangkan pengetahuan p value = 0,909 usia p value = 0,108, masa kerja p...
ABSTRAK Upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petugas kebersihan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional dan uji statistik Spearman Rank. Sampel diambil sebagai representatif dari populasi sebanyak 108 petugas kebersihan menggunakan rumus slovin yang dipilih sesuai dengan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD dimana p value 0,042 dan ketersediaan APD responden p value = 0,00, sedangkan pengetahuan p value = 0,909 usia p value = 0,108, masa kerja p value = 0,672, dan ketersediaan APD departemen p value = 0,784 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan. Direkomendasikan untuk institusi terkait lebih memperhatikan ketersediaan APD yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan sesuai dengan departemen kerja. Kata Kunci alat pelindung diri , determinan, perilaku penggunaan. ABSTRACT Occupational health efforts are very important to protect workers so that they live healthy and free from health problems. One type of work that is at risk of accidents and occupational health problems is cleaning workers. The purpose of this study in general is to determine the factors related to the behavior of using personal protective equipment PPE on cleaners. The type of research used in this research is quantitative with analytic survey design through a cross sectional approach and the Spearman Rank statistical test. Samples were taken as a representative of the population of 108 cleaning workers using the Slovin formula which was selected according to the accidental sampling method. The results showed that the education variable had a significant relationship with the behavior of using PPE where p value was and the availability of PPE respondents p value = while knowledge p value = age p value = years of service p value = and the availability of departmental PPE p value = did not have a significant relationship with the behavior of using PPE among cleaning workers. It is recommended that related institutions pay more attention to the availability of PPE that can be used by cleaners in accordance with the work department. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 43 DETERMINAN PERILAKU PENGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETUGAS KEBERSIHAN I Gede Purnawinadi, Nadine Meflin Jacob Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Klabat, Indonesia E-mail purnawinadi87 ABSTRAK Upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terjadinya kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri APD pada petugas kebersihan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain survei analitik melalui pendekatan cross sectional dan uji statistik Spearman Rank. Sampel diambil sebagai representatif dari populasi sebanyak 108 petugas kebersihan menggunakan rumus slovin yang dipilih sesuai dengan metode accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan variabel pendidikan memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD dimana p value 0,042 dan ketersediaan APD responden p value = 0,00, sedangkan pengetahuan p value = 0,909 usia p value = 0,108, masa kerja p value = 0,672, dan ketersediaan APD departemen p value = 0,784 tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan. Direkomendasikan untuk institusi terkait lebih memperhatikan ketersediaan APD yang dapat digunakan oleh petugas kebersihan sesuai dengan departemen kerja. Kata Kunci alat pelindung diri , determinan, perilaku penggunaan. ABSTRACT Occupational health efforts are very important to protect workers so that they live healthy and free from health problems. One type of work that is at risk of accidents and occupational health problems is cleaning workers. The purpose of this study in general is to determine the factors related to the behavior of using personal protective equipment PPE on cleaners. The type of research used in this research is quantitative with analytic survey design through a cross sectional approach and the Spearman Rank statistical test. Samples were taken as a representative of the population of 108 cleaning workers using the Slovin formula which was selected according to the accidental sampling method. The results showed that the education variable had a significant relationship with the behavior of using PPE where p value was and the availability of PPE respondents p value = while knowledge p value = age p value = years of service p value = and the availability of departmental PPE p value = did not have a significant relationship with the behavior of using PPE among cleaning workers. It is recommended that related institutions pay more attention to the availability of PPE that can be used by cleaners in accordance with the work department. Keywords personal protective equipment, determinants, usage behavior. 44 PENDAHULUAN Bekerja adalah suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kehidupan individu, saat bekerja diharapkan lingkungan yang aman dan sehat sehingga pekerjaan dapat selesai dengan efektif dan efisien Septiningsih, 2017. Secara global, International Labour Organization 2013 menyebutkan bahwa dalam setiap tahun terdapat lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit akibat bahaya di tempat kerja. Selain itu, terdapat 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Sementara di Indonesia jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada tahun 2011-2014 yang paling tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebanyak orang Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, memandang upaya kesehatan kerja sangat penting untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan, serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Selanjutnya Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003 disebutkan pula bahwa pembangunan ketenagakerjaan diselenggarakan atas azas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat dan daerah. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia telah diterapkan dengan dikeluarkannya Undang-undang Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kurniawidjaja, 2012. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat perkembangan industri yang cukup tinggi. Data dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa pada tahun 2015 jumlah kecelakaan kerja di Sulawesi Utara, terdapat 223 kasus kecelakaan, kemudian pada tahun 2016 jumlah kecelakaan kerja menurun menjadi 195 kasus dan pada tahun 2017 Januari-Juni baru didapati 7 kasus kecelakaan kerja Dumbela, Pinontoan, & Rumayar, 2017. Salah satu jenis pekerjaan yang rentan menimbulkan kecelakaan dan masalah kesehatan kerja adalah petugas kebersihan. Kecelakaan kerja yang sering terjadi pada petugas kebersihan diakibatkan karena pekerjaan mereka yang selalu terpapar oleh peralatan yang digunakan dan lingkungan kerja. Selain itu petugas kebersihan berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan karena terpapar langsung dengan pembuangan sampah Marlini, 2016. Petugas kebersihan merupakan golongan yang rentan terkena penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja adalah dengan APD. Untuk itu APD sangatlah dibutuhkan sebagai kelengkapan yang wajib dikenakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja, saat beraktifitas di lokasi tempat pembuangan akhir sampah Mulasari & Maani, 2013. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja antara lain usia, masa kerja, ketersediaan APD sehingga kinerja pada pekerja bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan pekerjaan. Dengan menggunakan APD, usia yang lebih tua serta sudah lama bekerja maka akan mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja dan penyakit. Oleh karena itu penggunaan APD perlu diperhatikan oleh pekerja, perusahaan atau pemilik usaha dan pemerintah setempat Faniah, 2016. Menurut Novianto 2015 pekerja di PT Sinar Semesta memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Pendidikan juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku pekerja dalam menggunakan APD, pekerja yang tamat SMA akan lebih patuh untuk menggunakan APD dari pada yang tidak tamat SMA Putri & Denny, 2014. 45 Hasil wawancara Peneliti kepada beberapa petugas kebersihan di Universitas Klabat mengatakan APD tidak terlalu penting yang artinya mereka tidak memiliki pengetahuan yang lebih mengenai pentingnya penggunaan APD dan juga dikarenakan tidak ada sediaan APD yang memadai dan merata disetiap departemen kebersihan. Beberapa informasi dari petugas mengatakan pernah mengalami kecelakaan kerja seperti tergelincir dilantai dan penyakit akibat kerja diantaranya kulit tangan dan kaki yang terkelupas akibat terkena cairan kimia pada saat bekerja. Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian determinan perilaku penggunaan APD pada Petugas Kebersihan di Universitas Klabat. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survei analitik dengan pendekatan cross-sectional. Metode kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diukur Kuntjojo, 2009. Penelitian dengan pendekatan cross-sectional adalah jenis penelitian yang hanya mengambil pengukuran dalam suatu waktu saja Nursalam, 2008. Populasi dari penelitian ini adalah pelajar yang sedang bekerja paruh waktu atau full-time, orang tua yang sedang bekerja untuk membiayai anaknya berkuliah, serta orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sampel penelitian berjumlah 108 petugas kebersihan yang dihitung melalui rumus slovin dari populasi. Tehnik sampling yang digunakan yaitu accidental sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data Sugiono, 2008. Lokasi penelitian yang dilakukan adalah Kampus Universitas Klabat, Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara mulai bulan Januari sampai Juni 2018. Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin dari departemen kebersihan kampus. Setelah mendapatkan izin, peneliti menjelaskan terlebih dahulu prosedur yang akan dilakukan kepada responden, setelah itu peneliti mangajukan informed consent untuk ditandatangani. Penelitian ini menerapkan prinsip etika autonomy, dimana responden mempunyai hak untuk ikut serta ataupun tidak bersedia menjadi responden dengan bersikap adil justice tanpa memihak pada sebagian responden saja. Penelitian ini tentunya bertujuan baik dalam upaya menelaah faktor-faktor yang berperan dalam perilaku penggunaan APD, sehingga prinsip beneficience nyata dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaan penelitian ini sedapat mungkin dihindari hal-hal yang berbahaya dan merugikan, sehingga prinsip non-maleficience dapat diterapkan, begitu pula confidentiality sangat dijunjung sebagai suatu kerahasiaan dan melindungi data informasi responden hanya untuk kepentingan penelitian. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dijelaskan, peneliti hendak mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan di Universitas Klabat, maka variabel independen terdiri dari pengetahuan, pendidikan, usia, masa kerja, dan ketersediaan alat. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengukur semua variabel. Kuesioner pengetahuan berjumlah 9 pernyataan yaitu pengetahuan 9 pernyataan, yang diadopsi dari Septiningsih 2017 yang telah diuji validitas dan realibilitas dengan nilai chronbach alpha = 0,724 yang artinya reliabel, dan nilai validitas paling rendah dan paling tinggi menggunakan taraf signifikansi sebesar p 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan di Universitas Klabat. Terdapat hubungan yang signifikan p= 0,042 0,05. Hasil analisis hubungan anatara masa kerja dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan dan didapati nilai p= 0,672 > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang signifikan masa kerja dengan perilaku penggunaan APD. Ada hubungan yang signifikan nilai p= 0,00 0,05 dimana artinya tidak terdapat antara umur dengan penggunaan APD. Hal ini dikarenakan pekerja petugas kebersihan yang lebih muda tidak menutup kemungkinan untuk memiliki pengetahuan yang lebih baik terkait APD dan penggunaan APD berbeda sehingga yang berusia lebih muda ataupun yang lebih tua memiliki kesempatan yang sama. Hasil penelitian ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin & Susanto 2012, dengan hasil penelitian p-value sebesar 0,1>0,05, artinya tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian APD. Analisis tidak ada hubungan karena mayoritas responden dengan masa kerja <5 tahun berperilaku menggunakan APD, walaupun tidak lengkap. Begitupula bahwa pekerja yang sudah bekerja atau 5 tahun tidak ada dalam kondisi menggunakan APD. Bahkan ada beberapa responden yang sudah lama bekerjapun tidak patuh dalam menggunakan APD, walaupun pengalaman kerja sudah lama tetapi tidak ada masalah kesehatan ataupun kecelakaan kerja. Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti kepada beberapa responden didapati departemen tidak menyediakan APD, namun beberapa responden menyediakan sendiri APD seperti sarung tangan, topi, masker yang digunakan saat bekerja. KESIMPULAN DAN SARAN Pendidikan dan ketersediaan APD responden memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku penggunaan APD, sedangkan pengetahuan, usia, dan masa kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku penggunaan APD pada petugas kebersihan di Universitas Klabat. Direkomendasikan bagi petugas kebersihan baik mahasiswa labor maupun orang tua yang bekerja agar selalu menjaga keselamatan ketika bekerja dengan menggunakan APD yang sesuai dengan resiko pekerjaan. Bagi setiap departemen kebersihan yang ada di Universitas Klabat disarankan untuk selain menyediakan APD yang layak dan sesuai, perlu memberikan edukasi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi seluruh petugas kebersihan kampus. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kembali faktor-faktor yang belum diteliti seperti kenyamanan penggunaan APD. 49 DAFTAR PUSTAKA Alhayati, D., Restuatuti, T., & Fatmatwati. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap petugas Laboratorium patologi Klinik dalam menggunakan alat pelindung diri di RSUD Achmad Provinsi RIAU. JOM FK VOL 1, NO 2. Arifin, B., & Susanto, A. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri coal yard . Jurnal Kesehatan Masyarakat, No. 1. Dumbela, F. M., Pinontoan, O. R., & Rumayar, A. A. 2017. Peran sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Wilayah SULUT AP2B Sistem Minahasa. E-journal Unsrat, Vol. 6, No 3 Faniah, A. M. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD earplug dan sarung tangan pada pekerja unit perbaikan di PT. KAI DAOP VI Yogyakarta DIPO SOLO Balapan Skripsi. Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta ILO. 2013, 6 13. Kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Diakses dari Kemenkes 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari Kuntjojo, D. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri Universitas Nusantara PGRI Kurniawidjaja, L. M. 2012. Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta Universitas Indonesia UI-Pres. Marlini, Y. 2016. Sehat bersama sampah. Diakses dari Mulasari, & Maani. 2013. Hubungan antara kebiasaan penggunaan alat pelindung diri dan hygiene dengan kejadian infeksi kecacingan pada petugas. Jurnal ekologi kesehatan Volume 12, Nomor 2. Notoadmojo, S. 2012. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta Rineka Cipta. Nursalam. 2009. Konsep dan penerapan metodelogi dan penelitian ilmu keperawatan Edisi 2. Jakarta Salemba Medika. Putri, K. D., & Denny, Y. 2014. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri. The Indonesian Journal of Occupational Safety, Health And Environment, Jan-April, 24-36. Septiningsih, E. 2017. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada petugas kebersihan di Yogyakarta Skripsi. Yogyakarta Universitas Muhammadiyah Sugiono. 2008. Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, R&D. Bandung Alfabeta. Yuliana, S., Hartanti, R., & Prasetyowati, I. 2016. Faktor yang berhubungan 50 dengan Penggunaan alat pelindung diri secara lengkap pada Bidan. e-jurnal pustaka kesehatan, 337-344. ... Bekerja adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mrningkatkan derajat kehidupan individu, saat bekerja diharapkan agar dapat menciptakan lingkungan yang aman, sehat, Makmur apa yang dikerjakan dapat diselesaiakan dengan baik Jacob, 2020 Alat pelindung diri atau APD adalah suatu alat yang mempuyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya sebagai alat pelindung seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja. APD apa bila digunakan dengan benar dan tepat dapat memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan berbagai dampak kecelakaan akibat kerja, dan juga dapat mendukung kinerja karyawan maupun perusahaan. ... Dede MarisaBureni ProgramStudi Ilmu KeperawatanAlat Pelindung DiriAbstrak Alat pelindung diri APD adalah alat yang mempunay kemampuan kemampuan untuk melindungi sesorang dan berfungsi untuk mengisolasitubuh dari potensi yang berbahaya. Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional. Hasil penelitian mennjukan bahwa hasili uji chi-square yang dilakukan menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penguaan alat pelindung diri APD terhadap sikap p=0,28, ketersediaan sarana p=0,28, pelatihan p=0,21, pengawasan p=0,24, dan motivasi p=0,000, serta tidak ada hubungan yang signifikan terhadap pengetahuan p=616, dan managemen p=0,836. Hasil penelitian multivariat bahwa variaebel ketersediaan saraana merupakan factor yang mempunay pengaruh paling kuat dengan nilai p=0,16 dan OR sebesar Dyah Sertiya PutriUsing personal protective equipment PPE is the last risk control to protect the workers from occupational safety and health hazards. Applying safety culture through obedience behavior of wearing PPE is important to do as the responsibility of the company to protect its workers from occupational safety and health hazards. The purpose of this research was to analyze factors which have correlation with obedience of wearing PPE in aluminum sulfate unit production PT. Liku Telaga research was analytical observational with a cross sectional design. Subject of this research was total population that consist of 114 workers. Data would be shown in a frequency distribution and cross tabulation afterwards analyzed using statistic chi result of research showed that most of workers obeyed to wear PPE in workplace. Statistic analytical results showed that education p= r= and attitude to the policy p= r= are factors which has correlated with obedience of wearing PPE. Age p=1, time of work p=1, knowledge p= motivation p=1, personality p= training p= communication p= and availability of PPE p= have no correlation with obedience of wearing PPE. Keywords behavior of wearing PPE,safety culture, workers in aluminum sulfate unit productionHubungan pengetahuan dan sikap petugas Laboratorium patologi Klinik dalam menggunakan alat pelindung diri di RSUDD AlhayatiT RestuatutiFatmatwatiAlhayati, D., Restuatuti, T., & Fatmatwati. 2014. Hubungan pengetahuan dan sikap petugas Laboratorium patologi Klinik dalam menggunakan alat pelindung diri di RSUD Achmad Provinsi RIAU. JOM FK VOL 1, NO yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri coal yardB ArifinA SusantoArifin, B., & Susanto, A. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pekerja dalam pemakaian alat pelindung diri coal yard. Jurnal Kesehatan Masyarakat, No. sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Wilayah SULUT AP2BF M DumbelaO R PinontoanA A RumayarDumbela, F. M., Pinontoan, O. R., & Rumayar, A. A. 2017. Peran sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dalam mencegah kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Wilayah SULUT AP2BFaktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD earplug dan sarung tangan pada pekerja unit perbaikan di PT. KAI DAOP VI Yogyakarta DIPO SOLO Balapan SkripsiA M FaniahFaniah, A. M. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD earplug dan sarung tangan pada pekerja unit perbaikan di PT. KAI DAOP VI Yogyakarta DIPO SOLO Balapan Skripsi. Yogyakarta Universitas Muhammadiyah SurakartaKesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerjaIloILO. 2013, 6 13. Kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Diakses dari blic/-asia/-ro-bangkok/-ilojakarta/documents/publication/wcms_2 Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik IndonesiaKemenkesKemenkes 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses dari nload/pusdatin/infodatin/ Penelitian. Kediri Universitas Nusantara PGRID KuntjojoKuntjojo, D. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri Universitas Nusantara PGRIPromosi kesehatan & ilmu perilakuS NotoadmojoNotoadmojo, S. 2012. Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta Rineka dan penerapan metodelogi dan penelitian ilmu keperawatan Edisi 2NursalamNursalam. 2009. Konsep dan penerapan metodelogi dan penelitian ilmu keperawatan Edisi 2. Jakarta Salemba Medika.
alat pelindung diri petugas kebersihan